Indonesia berpotensi kebanjiran aliran modal ke depan, seusai bank sentral negara-negara maju melonggarkan kebijakan suku bunga acuan. Antara lain bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve atau The Fed hingga bank sentral Eropa.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengatakan pelonggaran kebijakan moneter di berbagai negara maju itu telah mengakhiri ketidakpastian pasar keuangan yang terjadi sejak Maret 2022 akibat tren suku bunga kebijakan moneter yang tinggi.
Maka, ketika September 2024 berbagai bank sentral dunia telah menurunkan suku bunga acuannya secara drastis, membuat aliran modal asing deras masuk ke berbagai negara pasar berkembang atau emerging markets, termasuk Indonesia.
“Di China juga sudah melakukan berbagai kebijakan stimulus, sehingga konvergensi kebijakan negara-negara maju dan besar ini yang kemudian menurunkan, meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global dan meningkatkan aliran masuk ke negara-negara emerging market termasuk Indonesia,” kata Juda Agung di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu (2/10/2024).
Juda Agung mengatakan berakhirnya ketidakpastian pasar keuangan itu ke depan akan semakin kuat, setelah berbagai indikator tekanan ekonomi, seperti inflasi yang tinggi di negara-negara maju seperti AS sudah mulai berakhir.
“Nah alhamdulillah saat ini ketidakpastian saat ini makin mereda, sejalan dengan terus melambatnya inflasi di berbagai negara. Di AS inflasi diperkirakan akan mendekati sasaran inflasi sebesar 2% di tengah meningkatnya angka pengangguran,” ucap Juda Agung.
Dengan semakin berkurangnya ketidakpastian global, dan kian derasnya aliran modal AS, Juda mengatakan, kini stabilitas sistem keuangan di Indonesia sudah semakin membaik, termasuk dari sisi pasar keuangan dan penguatan nilai tukar rupiah.
“Rupiah menguat yang kemudian buka ruang penurunan suku bunga. Di sektor perbankan juga ketahanan permodalan yang tinggi, likuiditas yang memadai, dan risiko kredit yang terkendali juga terus mendorong pertumbuhan kinerja intermediasi perbankan yang hingga Agustus kemarin di 11,4% yoy,” tuturnya.
Oleh sebab itu, Juda mengatakan, dengan berbagai faktor positif itu, perbankan di Indonesia juga akan semakin gencar menyalurkan kreditnya ke depan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan. Ia menargetkan, sasaran penyaluran kredit di kisaran 10-12% pada tahun ini akan tercapai.