Berbagai harga komoditas, termasuk komoditas andalan RI batu bara dan CPO, kini tengah mengalami tekanan disebabkan stagnannya aktivitas ekonomi global.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, stagnannya aktivitas ekonomi itu tercermin dari data Purchasing Manager’s Index Manufaktur dan Jasa secara global.
Dia mengatakan, angka PMI Manufaktur sendiri secara global hanya bergerak di kisaran 53,3 sedangkan jasa bahkan di zona kontraksi atau di bawah 50, yakni hanya 49,5.
“54,2% adalah negara yang PMI Manufakturnya di dalam zona kontraksi, sedangkan hanya 45,8% yang positif termasuk adalah Inggris, Tiongkok, Korea Selatan, India, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, Arab Saudi, Brazil, dan Rusia,” ucap Sri Mulyani saat konferensi pers APBN di kantornya, Jakarta, Senin (23/9/2024).
Sri Mulyani menjelaskan, stagnannya aktivitas ekonomi global itu membuat harga-harga komoditas tertekan. Dipicu oleh sisi permintaan yang merosot karena aktivitas ekonomi global stagnan. Termasuk harga komoditas andalan Indonesia.
“Dengan perkembangan tadi yang relatif masih stagnan meski ada yang positif komoditas masih tekanan harganya, bukan naik, karena demand tertahan” tegasnya.
Dia mengatakan, harga komoditas yang anjlok itu seperti minyak mentah dunia yang secara tahun berjalan atau year to date turun 3,3% menjadi US$ 74,5/barrel untuk jenis brent. Meskipun secara tahunan atau year on year masih tumbuh tipis 0,7%.
Sementara itu, harga batu bara anjlok dalam 28,8% yoy menjadi US$ 137,3 per metrik ton, dan secara tahun berjalan atau ytd kontraksinya 4,7%.
“Maka banyak wajib pajak badan yang di dalam penerimaan kita kontraksi dari sisi pembayaran pajaknya,” ucap Sri Mulyani.
Gas alam yang kini senilai US$ 2,3/MMBtu juga turun dalam 25,9% year on year (yoy) dan turun atau kontraksi 8,2% ytd.
Minyak mentah kelapa sawit atau CPO juga anjlok 0,3% secara yoy menjadi US$ 954,4/ton meskipun angka itu masih tumbuh 18,9% secara ytd.
Terakhir, untuk komoditas seperti beras yang kini harganya di kisaran US$ 14,9/cwt terkontraksi 0,2% secara yoy, dan turun cukup dalam 10,1% secara ytd.