Pemerintah Ukraina melontarkan harapannya kepada Indonesia terkait dengan peperangan yang dihadapi negara itu melawan Rusia. Hal ini disampaikan Duta Besar (Dubes) Ukraina Vasyl Hamianin, Senin (6/5/2024).
Dalam pernyataannya, Vasyl merujuk pada Ukraine Global Peace Summit yang akan diselenggarakan pada Juni mendatang di Swiss. Ia berharap Indonesia mampu menghadirkan pejabat tingginya dalam forum itu.
“Ukraine Global Peace Summit merupakan gelaran yang perlu disoroti. Saya berharap Indonesia dapat hadir dengan delegasi tingkat tingginya dalam forum itu,” ujarnya dalam acara peringatan Hari Pers Sedunia di Jakarta.
Sebagaimana diketahui, Ukraine Global Peace Summit digelar oleh Pemerintah Swiss atas permintaan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Konferensi ini akan diadakan pada 15-16 Juni di resor Bürgenstock di kanton Nidwalden dekat Lucerne.
“Konferensi ini bertujuan untuk menciptakan kerangka kerja yang mendukung perdamaian komprehensif dan abadi di Ukraina, serta peta jalan konkrit bagi partisipasi Rusia dalam proses perdamaian,” kata Dewan Federal Swiss dalam sebuah pernyataan.
Sejak itu, Bern mengadakan pembicaraan dengan Uni Eropa, negara-negara anggota G7, dan negara-negara seperti China dan India untuk mengukur minat mereka untuk ambil bagian.
Meskipun Moskow mengatakan tidak menentang perundingan itu, para pejabat Rusia mengatakan mereka tidak akan mengambil bagian dalam perundingan di Swiss. Mereka menganggap Swiss telah melepaskan netralitasnya sehubungan dengan konflik tersebut.
Rusia, yang melancarkan serangan besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022, mengatakan inisiatif Swiss tidak ada gunanya tanpa partisipasi Moskow.
Di sisi lain, China, sekutu Moskow, mengatakan pada bulan lalu bahwa pihaknya akan mempertimbangkan untuk mengambil bagian dalam konferensi tersebut. Beijing sendiri telah mengajukan 12 poin makalah lebih dari setahun yang lalu yang menguraikan prinsip-prinsip umum untuk mengakhiri perang.
Rencana tersebut mendapat sambutan hangat baik di Rusia maupun Ukraina. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bulan Januari lalu bahwa rencana Beijing adalah yang paling masuk akal dibandingkan rencana yang diajukan oleh negara-negara lain.